kalanotes

© kalanotes Raja tengah membereskan barang belanjaannya dan bergegas keluar dari minimart tersebut namun tiba tiba seseorang menghampirinya.** “Entschuldigung, weißt du, wo das kalte Getränk ist?” ** (Maaf, apakah Anda tahu di mana minuman dingin?)

Raja yang sama sekali tak paham pun hanya mengalihkan pandangannya ke arah kasir sejenak berharap orang di hadapannya saat ini segera menjauh, namun nihil yang terjadi malah ** “Wissen Sie?” ** (kamu tahu?) ia tetap berusaha bertanya pada raja yang saat ini dibuat makin bingung

** “brauchst du Hilfe?” ** )apakah kamu memerlukan bantuan?) bukan raja yang menjawabnya, namun seorang perempuan yang entah sejak kapan berdiri dibelakang raja dan mengobrol singkat dengan wanita tadi.


“sama sama” ucap perempuan tadi yang kini berjalan beriringan dengan raja

“lo orang indo?” tanya raja sedikit tak percaya

“kenapa? muka i ga kaya orang indo ya?” tebak perempuan tadi yang direspon anggukan oleh raja

“blasteran?” tanya raja

“no, cuma lahir dan besar di german”

“ohhhh” ucap raja sembari mengangguk singkat “btw thanks ya?” raja menggantungkan kalimatnya

“bi”

“bi?” ulang raja

“abigail”

“lo baru pindah ke indo, bi?” tanya raja yang masih tak terbiasa memanggil orang lain dengan ‘bi’ selain tsabitha

“yes, baru kemarin”

“jangan bilang lo yang”

“lo yang semalem nyalain speaker kenceng banget?!”

“lo sok kenal chat chat gua” “dapet no gua darimana coba”

“temen u” “amanda gitu kalo ga salah” jawab abigail yang hanya direspon oleh anggukan singkat lagi oleh raja

“rencana disini SMA dimana?”

“i ga SMA”

“ga sekolah?”

“no, udah kuliah”

“bercanda lo”

“i ga bercanda, seriusan”

“muka lo gaada muka muka anak kuliah” ujar raja

“thanks secara ga langsung u bilang i masi muda kan” “i ikut kelas akselerasi 2 kali” jelas abigail

“pantesan”

“btw, ur name?”

“raja”

“raja” ulang abigail sembari mengangguk-anggukan kepalanya “good name” “ratunya mana?”

© kalanotes Raja tengah membereskan barang belanjaannya dan bergegas keluar dari minimart tersebut namun tiba tiba seseorang menghampirinya.** “Entschuldigung, weißt du, wo das kalte Getränk ist?” ** (Maaf, apakah Anda tahu di mana minuman dingin?)

Raja yang sama sekali tak paham pun hanya mengalihkan pandangannya ke arah kasir sejenak berharap orang di hadapannya saat ini segera menjauh, namun nihil yang terjadi malah ** “Wissen Sie?” ** (kamu tahu?) ia tetap berusaha bertanya pada raja yang saat ini dibuat makin bingung

** “brauchst du Hilfe?” ** (apakah kamu memerlukan bantuan?) bukan raja yang menjawabnya, namun seorang perempuan yang entah sejak kapan berdiri dibelakang raja dan mengobrol singkat dengan wanita tadi.


“sama sama” ucap perempuan tadi yang kini berjalan beriringan dengan raja

“lo orang indo?” tanya raja sedikit tak percaya

“kenapa? muka i ga kaya orang indo ya?” tebak perempuan tadi yang direspon anggukan oleh raja

“blasteran?” tanya raja

“no, cuma lahir dan besar di german”

“ohhhh” ucap raja sembari mengangguk singkat “btw thanks ya?” raja menggantungkan kalimatnya

“bi”

“bi?” ulang raja

“abigail”

“lo baru pindah ke indo, bi?” tanya raja yang masih tak terbiasa memanggil orang lain dengan ‘bi’ selain tsabitha

“yes, baru kemarin”

“jangan bilang lo yang”

“lo yang semalem nyalain speaker kenceng banget?!”

“lo sok kenal chat chat gua” “dapet no gua darimana coba”

“temen u” “amanda gitu kalo ga salah” jawab abigail yang hanya direspon oleh anggukan singkat lagi oleh raja

“rencana disini SMA dimana?”

“i ga SMA”

“ga sekolah?”

“no, udah kuliah”

“bercanda lo”

“i ga bercanda, seriusan”

“muka lo gaada muka muka anak kuliah” ujar raja

“thanks secara ga langsung u bilang i masi muda kan” “i ikut kelas akselerasi 2 kali” jelas abigail

“pantesan”

“btw, ur name?”

“raja”

“raja” ulang abigail sembari mengangguk-anggukan kepalanya “ratunya mana?”

© kalanotes Raja tengah membereskan barang belanjaannya dan bergegas keluar dari minimart tersebut namun tiba tiba seseorang menghampirinya.** “Entschuldigung, weißt du, wo das kalte Getränk ist?” ** (Maaf, apakah Anda tahu di mana minuman dingin?)

Raja yang sama sekali tak paham pun hanya mengalihkan pandangannya ke arah kasir sejenak berharap orang di hadapannya saat ini segera menjauh, namun nihil yang terjadi malah ** “Wissen Sie?” ** (kamu tahu?) ia tetap berusaha bertanya pada raja yang saat ini dibuat makin bingung

** “brauchst du Hilfe?” ** (apakah kamu memerlukan bantuan?) bukan raja yang menjawabnya, namun seorang perempuan yang entah sejak kapan berdiri dibelakang raja dan mengobrol singkat dengan wanita tadi.


“sama sama” ucap perempuan tadi yang kini berjalan beriringan dengan raja

“lo orang indo?” tanya raja sedikit tak percaya

“kenapa? muka i ga kaya orang indo ya?” tebak perempuan tadi yang direspon anggukan oleh raja

“blasteran?” tanya raja

“no, cuma lahir dan besar di german”

“ohhhh” ucap raja sembari mengangguk singkat “btw thanks ya?” raja menggantungkan kalimatnya

“bi”

“bi?” ulang raja

“abigail”

“lo baru pindah ke indo, bi?” tanya raja yang masih tak terbiasa memanggil orang lain dengan ‘bi’ selain tsabitha

“yes, baru kemarin”

“jangan bilang lo yang”

“lo yang semalem nyalain speaker kenceng banget?!”

“lo sok kenal chat chat gua” “dapet no gua darimana coba”

“temen u” “amanda gitu kalo ga salah” jawab abigail yang hanya direspon oleh anggukan singkat lagi oleh raja

“rencana disini SMA dimana?”

“i ga SMA”

“ga sekolah?”

“no, udah kuliah”

“bercanda lo”

“i ga bercanda, seriusan”

“muka lo gaada muka muka anak kuliah” ujar raja

“thanks secara ga langsung u bilang i masi muda kan” “i ikut kelas akselerasi 2 kali” jelas abigail

“pantesan”

“btw, ur name?”

“raja”

“raja” ulang abigail sembari mengangguk-anggukan kepalanya “ratunya mana?”

© kalanotes “ajaa ajaa” panggil bitha dengan nada serendah mungkin mengingat mereka yang kini tengah berada di perpustakaan

“omg” ucap bitha lalu memejamkan matanya sejenak dan mencakupkan kedua telapak tangannya di depan dada

“lo ngapain doa?” tanya raja yang merasa aneh melihat bitha saat ini

“sst” “ini tuh bersyukur ja bukan doa”

Raja hanya menggeleng pelan mendengar jawaban bitha barusan “ya lo bersyukur atas apa?”

“bersyukur atas diberikannya kesempatan ketemu ajaa disini” ucap bitha dengan senyum yang mengembang di wajahnya saat ini

“aneh” ucap raja sebelum bangkit dari duduknya dan mengarah ke pintu keluar namun tertahan oleh bitha

“bentar tunggu dulu” “tunggu” “ajaa tunggu sini oke” ujar bitha sembari bergegas mengambil salah satu buku yang dicarinya dan konfirmasi peminjaman buku penjaga perpustakaan

“oke udah” “ayo ajaa”

“gua boleh nanya gak?” ucap raja tiba tiba

“ya boleh dong” “mau nanya apa?”

“kenapa lo manggil gue ajaa?”

“aku manggil ajaa tuh udah dari kapan tau” “kenapa baru protesnya sekarang?” tanya bitha yang membuat raja sedikit deja vu karena pertanyaannya sama persis dengan yang ia tanyakan pada stranger di message semalam

“bukan protes, nanya aja” jawab raja

“hmmm” “karena lucu aja sih, kalo raja tuh terlalu biasa gitu ga sih”

“jadi kayak panggilan khusus?” tanya raja yang dijawab dengan anggukan singkat oleh bitha

“gua boleh dong bikin panggilan khusus buat lo?” pertanyaan yang entah muncul darimana, raja tidak memplanning untuk menanyakan hal ini namun sukses membuat gadis didepannya saat ini kaget sekaligus senang

“why not” “e-emang mau manggil apa?”

keadaan hening sejenak, hingga

Ting!! bunyi notif dari ponsel raja memecah keheningan antara mereka berdua “siapa?”

“gakenal”

“gakenal kok punya nomornya?” tanya bitha mulai penasaran

Raja hanya mengangkat kedua bahunya seolah berkata tak tahu “semalem dia tiba tiba chat suruh matiin speaker katanya berisik lah” “padahal gua biasa tiap malem nyalain speaker gaada yang protes”

“unit sebelah yang baru pindahan ga sih?

© kalanotes “ini tuh pagi tapi kenapa yang drive thru udah seabrek deh” protes bitha

“lagi pengen sarapan mcd kali” jawab raja

“ga sehat banget pada sarapan fast food” sambung bitha

“lah lo apa kabar”

“aku kan jarang jarang, ini juga karena tadinya mau nraktir”

Keadaan mobil hening seketika hingga akhirnya tiba giliran mereka untuk order

“silahkan orderannya”

“lo order apa?” tanya raja pada bitha

“samain aja” jawabnya

“samain aja mba” ucap raja pada speaker tempat order

“pesen aja belom apa yang mau disamain ajaa” bisik bitha pada raja yang masih fokus pada papan menu di hadapannya

“lo ditanya order apa samain aja”

“i thought you just dumb at math” ujar bitha “egg and cheese muffin” lanjutnya

“egg and cheese muffinnya satu” “chicken muffin satu”

“mau hashbrown ga?”

“boleh”

“hashbrown nya satu”

“minum nya?”

“gausah”

“itu aja mba”

“baik, pembayaran di jendela selanjutnya ya”

Setelah payment mereka menunggu diparkiran selama kurang lebih 15 menit, namun pesanan mereka tak kunjung diantar

Tsabitha menoleh ke belakang “kok lama banget sih”

“ga bakal telat”

“tapi lama banget tau, bosen”

“Gojek tuh kenapa gabisa anter beda kota ya?” tanya tsabitha begitu melihat salah satu driver gojek memasuki area mcd

“lo gaada pertanyaan lebih random lagi?” balas raja

“mau?”

“nggak, beda kota nya dimana dulu” tanya raja berusaha mengalah dan menanggapi gadis di sampingnya saat ini

“misal jakarta bali gitu”

“gimana caranya coba”

“naik pesawat”

“kan dia naik motor”

“ya gausa pake motor, atau pake motor nanti naik kapal”

“emang lo mau disuruh anterin makan sampe harus ngeluarin biaya naik pesawat segala macem”

“kan dibayar”

“dibayarnya paling berapa, ibarat kata lo ngeluarin sejuta demi dapet ratusan ribu”

“bisa aja dapetnya juga sejuta kalo yang order total nya jutaan”

“siapa yang mau order jauh jutaan”

“ada aja, siapa tau orang kaya gabut” ucap tsabitha yang membuat raja diam seribu bahasa

“kok diem?” tanya tsabitha berusaha membuka obrolan lagi

“gua diem salah, gua jawab dilawan” “lo leo ya”

“kok tau?”

“nebak aja”

“coba tebak golongan darah aku”

“m-

“mana ada golongan darah m” potong tsabitha tanpa melihat siapa yang berbicara barusan

“maaf kak ini pesanannya, maaf menunggu lama karena tadi hashbrown nya belum ready” ucap pegawai mcd yang mengantarkan pesanan mereka berdua

Tsabitha yang menyadari ucapan yang ia potong barusan adalah ucapan mba mba mcd segera mengalihkan pandangannya ke arah kiri, berusaha tenang seolah tak terjadi apa-apa barusan.

“iya mba gapapa, makasih mba” ucap raja

“golongan darah m ada kok, golongan darah malu” goda raja sembari tertawa singkat mengingat kejadian barusan “makanya kalo ada orang ngomong diliat dulu siapa”

© kalanotes Kini rere telah berada di bandara bersama keluarganya diikuti jio dan regita

“baik baik lo disana, cari temen yang bener” “belajar yang bener, HARUS BALIK YA GAMAU TAU!” ucap regita sembari memeluk erat rere

“pesan dari gua apaan ya” “pinter pinter cari cowo, tar kalo kepincut cerita cerita jangan tau tau udah pacaran baru cerita” ujar jio

rere melepas pelukannya dengan regita “lo berdua juga kabar kabarin, jangan tau tau udah nikah aja”

“masi jauh gila” ujar regita

Mereka bertiga tertawa singkat berpelukan satu sama lain membahas lawakan lawakan kecil sebelum akhirnya tiba saatnya rere harus segera check in

“nunggu siapa sih? heksa?” tebak regita begitu melihat rere yang sedari tadi pandangannya seolah mencari sesuatu

“dia beneran ga dateng ya?”

“katanya sih dateng, katanya” ujar jio

“kayanya gu-

DOR!

“HEKSA!” teriak rere, regita, dan jio begitu heksa yang entah muncul darimana mengagetkan mereka

“hehe maaf” “btw your favourite, boneka sapi” ujar heksa sembari menyodorkan boneka sapi tsb pada rere

Rere tersenyum

“lo pasti ngira gua ga dateng ya?”

“ya gitu deh”

Heksa dengan posisi awal berada di samping rere kini berpindah ke depannya

“take care ya, baik baik disana jaga kesehatan, belajar yang bener, jangan lupa balik indo, jangan lupain gua kalo udah sukses” “jang-” Heksa menggantungkan kalimatnya begitu rere memeluknya tiba tiba

“lo juga, lo baik sa, lo asik seru” “semoga lo bisa dapet cewe yang bisa bahagiain lo, semoga lo ga salah jatuh hati lagi ke cewe yang jahatnya minta ampun kaya gue” “maaf ya buat kejadian kemarin kemarin, gue ngomong suka ga dipikir dulu”

“yang udah berlalu gaperlu dibahas lagi” “gua juga berharap semoga bisa ketemu orang yang pas lagi” “tapi seberapa banyak pun cewe pengganti lo nanti, you will always be my first, re.” “my first crush, my first love” “bahkan dengan gua bisa deket sama lo kaya sekarang udah syukur banget”

“everyone wants a happy ending in their love story, right?” “tapi namanya manusia cuma bisa ngejalanin” “but don't worry usaha lo ga sia-sia kok”

“i already like you, finally i have the courage to admit it” “tapi ga semua yang saling suka juga harus bareng kan?”

“rere ayo” panggil papa rere

Rere menoleh pada papanya sesaat dan kembali menatap laki laki didepannya saat ini

“safe flight”

“thanks” “oh iya i also have something for you” “tapi bukan barang sih”

“trus?”

“ada lah nanti check ig ya” “sebenernya bukan tentang lo doang juga sih” “lebih tepatnya tentang kita”

“tentang kita yang bahkan belum pernah disebut kita?”

© kalanotes “PAPAAAAAAA!” teriak rere sesampainya dibawah dan langsung memeluk pria didepannya

“papa kok ga bilang bilang mau pulang?”

“loh bukannya papa udah bilang sama mama”

“KOK GAADA YANG NGASI TAU RERE?!”

“gimana mau ngasi tau kalo kamunya aja dari kemarin dikamar mulu” ujar mama rere

“hehehe” “papa berapa lama disini?”

“nah itu kebetulan papa gabisa lama lama” “dua minggu udah harus balik”

“oiya kata abang kamu minta ikut, jadi”

“belum tau juga sih pa, baru pikiran selintas doang”

“tapi kalo mau ya gapapa dari dulu kan udah papa ajak kamu nya gamau”

“abis lo ukk aja” timpal dion

“oiya kamu ujian ya, kapan ujian kenaikan?” tanya papa rere pada rere namun dijawab lagi oleh dion “lusa pa”

“nah bagus itu waktunya tepat kamu ujian kenaikan minggu depan dua minggu lagi rapotan trus papa urus surat pindahnya, gimana?

“aku sih yes” jawab dion

“APASIH ORANG GUE YANG DITANYA” teriak rere kesal

“lo lama sih jawabnya”

© kalanotes Sesampainya di cafe yang heksa bicarakan tadi, ia segera menjelaskan kejadian kejadian hari ini sedetail mungkin

“jadi sekarang lo ribut ama jio?” tanya jovan yang hanya di respon anggukan oleh heksa

“kata gua mah paling penting lo baikan dulu ama jio- “diem” ucap jovan sembari menahan tangan heksa yang hendak meraih bungkus rokok di depan jovan

“trus masalah rere? mending gua lanjut apa udahan? tanya heksa

“lo nya sanggup gak” “tapi kata gua lo udah over sih mending stop, tapi kalo lo kekeh lanjut ya silahkan” ujar jovan sembari menahan tangan heksa yang lagi lagi berusaha meraih bungkus rokok tadi

“btw lo jadi ikut lomba yang puisi puisi itu kan? “diem anjing” ujar jovan yang akhirnya memutuskan untuk mengantongkan rokok tsb

“kenapa lo gak ambil kesempatan disana aja” “jadi daripada lo kejer mulu coba sekali kali lo panasin misal lo tiba tiba cuekin trus ajak regita buat ikut lomba nah ntar pasti dia yang baka ngejer lo” sambungnya

“lagian masa iya selama ini lo deketin dia nya ga ada feels samsek, stress kali tu cewe”

“boljug sih” jawab heksa

“btw” “rokok boljug kali”

© kalanotes Sesampainya heksa ia langsung mendapati rere yang duduk di kursi dekat pintu masuk

“ha- niat heksa untuk menyapa musnah begitu sapaannya langsung dipotong oleh rere

“ini buku puisi buat lomba nanti” “gue ngundurin diri” “kalo lo tetep mau lanjut lanjut aja” “ini buku punya regita kalo ga butuh balikin aja langsung ke regitanya, kan udah akrab tuh” jelas rere

“udah itu doang gue lagi gamau denger penjelasan apa apa, gue pamit ya” ucap rere yang bergegas bangun dari duduknya dan hendak menuju pintu keluar namun tangannya tertahan oleh heksa

“lo kenapasih re” ucap heksa

“kasihlah kesempatan gua ngejelasin” “oke gua tau gua salah” “tapi atas dasar apa lo marah padahal faktanya kita aja gaada hubungan apa-apa?” lanjutnya

“lo yang kenapa sa” “kalo gaada hubungan apa-apa ngapain susah susah mau jelasin ke gue?” balas rere

“gua kayaknya emang selalu salah ya dimata lo” ujar heksa

“emang” “apalagi kalo lo mikir sekarang gue suka sama lo” “salah besar” ucap rere sebelum akhirnya ia melepas paksa tangannya dan berlari ke arah parkiran

Regita yang sedari tadi mengintai mereka berdua kini memilih keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri salah satu dari mereka, rere.

“re, tunggu” ucap regita yang kini berusaha menyamakan langkahnya dengan rere

“tadi cowonya sekarang cewenya” “mau tanya juga gue kenapa?”

Regita hanya menggeleng pelan melihat tingkah rere “tapi serius gue tanya lo kenapa sih re?

“kenapa hari ini semua orang tanya gue kenapa padahal mereka ga sadar harusnya gue yang nanya gitu ke mereka” ucap rere

“re, lo beda” “berhenti denial sama sama diri lo sendiri, lo kalo suka heksa tinggal terima dia apa susahnya sih?” tanya regita

“gue gasuka” potong rere

“gue temen lo re” “gue kenal lo dari kapan sih? udah lama kan” “gue paham lo gimana, jujur gue emang suka heksa tapi gue dari awal ga kepikiran buat ngerebut dia, tapi gue liat liat cara lo ngetreat dia kaya gimana gue juga yang kayak? ah pengen gue anjingin aja lo rasanya tapi gabisa, siapasih yang rela gebetannya milih cewe yang ga ngetreat dia dengan bener? lo kalo emang beneran ga suka ya cukup jauhin” jelas regita

“ya gue udah jauhin” ucap rere

“jauhin darimanasih?” “gue liat liat makin hari lo berdua makin deket aja?” “gue juga gabakal kayak tadi kali kalo lo beneran ngetreat dia selayaknya”

“ya terus maksud lo gue harus ngetreat dia selayaknya gimana? gue terima karena kasian doang gitu?

“capek gue” ucap regita sembari menyandarkan tubuhnya ke samping mobil rere

“YA GUE JUGA CAPEK!” “DARI AWAL GUE UDAH CUEKKIN DIA SURUH DIA JAUHIN GUE TAPI DIA YANG NGOTOT!”

“apasih yang bikin lo bisa gasuka sama dia?” “dia kurang baik apa lagi sama lo re? soal masalah masalah belakangan ini juga bukan salah dia karena gue akui emang gue yang mulai” “kurang sabar apa lagi coba dia? cowo biasanya mentok tiga kali ditolak udah nyerah lah dia? dia sering dapet penolakan dari lo sering lo terbangin trus lo jatuhin gitu aja tapi tetep kekeh deketin lo? “where’s your brain?”

© kalanotes Rere terbangun dari tidurnya, bangun dengan ekspresi terkejut setelah menyadari mimpinya barusan.

“aneh banget” ucap nya sembari menepuk nepuk pipinya untuk menyadarkan dirinya.

“re dicariin noh” ujar kak dion yang masuk kamar rere tiba tiba tanpa permisi

“ngangetin lo” ujar rere

“lo nya aja kayak orang dongo bengong gitu” “ngapain si?” tanya kak dion

“siapa juga yang bengong” “abis bangun tidur tau” jawab rere

“tumbenan tidur siang lu” ucap dion

“protes lo” “dicariin siapa?” tanya rere teringat dengan ucapan kakaknya tadi

Dion tak langsung menjawab, ia terlihat tengah berpikir sejenak “gatau, siapa yang dulu sering kesini”

“cewe cowo?” “jio?” tanya rere

“bukan, cewe” balas dion

“regita?” tebak rere

“iya kali” “cek aja sendiri, belok gua suruh masuk” balas dion

“bilang aja gue ga dirumah” ucap rere

“tapi dia udah didalem”

“katanya blom masuk gimana sih?” tanya rere dengan nada agak kesal

“ya udah masuk tapi di halaman doang, ga masuk rumah” jelas dion

Rere pun turun ke bawah dengan malasnya dan sesampainya di halaman ia tak kunjung memanggil melainkan hanya menatap perempuan didepannya saat ini, syukurlah yang ditatap segera peka

Regita pun tak kunjung memulai pembicaraan, ia hanya menyodorkan dua buah buku berukuran sedang pada rere “buku puisi, yang gue chat tadi” ucapnya

Rere pun mengambil kedua buku tersebut “aneh lo, tiba tiba nyebelin tiba tiba baik tiba tiba nyebelin lagi” ujar rere

“suka suka gue lah” “dah ya gue balik, inget itu buku gue pinjemin doang jangan lupa balikin” ujar regita sebelum masuk ke mobilnya dan meninggalkan rumah rere


Rere bergegas kembali ke kamarnya, meletakkan kedua buku tadi asal lalu naik ke kasurnya dan mengecheck ponselnya

“heksa beneran chat gue?” “tapi kok gue belom bales ya?” “berarti chat yang tadi beneran mimpi doang kan?”