#198

© kalanotes Heksa benar benar menjalankan aksinya. Ia pura-pura tumbang ditengah tengah pembacaan amanat oleh pembina upacara.

Rere yang saat ini tengah mengabsen kelengkapan UKS dibuat kaget ketika dua anggota PMR lain menggotong laki-laki yang tidak asing baginya. “mirip heksa.” gumamnya ketika melihat laki-laki tersebut dari jauh, namun begitu melihatnya dari dekat ia langsung memutar kedua bola matanya malas “lah ini mah emang heksa.” batinnya.

“urusin ya re, kita balik ke lapangan dulu” pamit salah satu teman anggota PMR nya, rere pun hanya merespon dengan anggukan singkat.

Heksa masih melanjutkan asik pura-pura pingsannya, ia berusaha melakukannya dengan totalitas namun tetap saja tidak dapat megelabuhi rere “paling juga pura-pura.” ujar rere.

Pandangan rere terfokus pada laki-laki yang terebah didepannya saat ini, ia memandangi nya secara detail mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, berusaha memastikan apakah tebakannya benar atau salah.

Benar saja, begitu rere dengan sengaja menghembuskan nafas pelan jari-jari heksa ikut bergerak. Selepas itupun tiba-tiga muncul sebuah ide jahil dibenak rere.

Rere memanggil salah satu teman sesama anggota PMR nya untuk membantunya melakukan aksi jahilnya ini. “heksa.” panggil nya pelan “heksa beneran pingsan ya?.” “heksa jangan pingsan dong, nanti rere khawatir nih.” ucap rere sembari tertawa kecil, jujur ia pun tak tahu pasti dapat keberanian darimana melakukan hal aneh seperti ini. Namun ia tetap melanjutkan aksinya, ia meniup niup pelan jari-jari heksa hingga sang empunya merasa geli dan sedikit menggerakan anggota badannya.

Rere pun menyodorkan tangan teman disebelahnya ini dan langsung digenggam oleh heksa, “tangan lo gak sehalus itu ya ternyata.” “tapi gapapa sih gua tetep suka.” “lo juga kayaknya udah tau ya gua pura-pura doang pingsannya” ujar heksa dengan mata yang masih tertutup.

Heksa pun mulai meraba-raba tangan yang digenggamnya saat ini, hingga naik sedikir ke arah pergelangan tangannya “pergelangan tangan lo kok kayak cowo ya re?.” tanya nya. Ia pun membuka mata perlahan dan ,

“ANJING” umpatnya, sedangkan rere dan temannya yang tak sanggup menahan tawa pun lekas tertawa lepas.

“lagian lo sa, gercep banget dikasi tangan asal langsung digenggam aja” ujar rere “ya gua mana ngeh, lo juga mau aja disuruh suruh rere.” kesal heksa

“lumayan sa, ngisengin lo seru juga ternyata wkwk” jawab teman sesama anggota PMR rere dan ia pun bergegas meninggalkan UKS dengan hanya rere dan heksa didalamnya.

“re.” panggil heksa “hm?.” jawab rere sembari mengecheck buku absen PMR yang ada ditangan kirinya saat ini.

Melihat tangan kanan rere yang nganggur heksa pun berusaha menggenggam pelan tangan rere namun rere dengan cepat menepisnya “apaansi.” ujar rere

“ambilin minyak kayu putih deh re.” pinta heksa

Rere yang sedang malas memperpanjang obrolannya dengan heksa saat ini bergegas mengambil satu botol kecil minyak kayu putih di laci UKS “nih.” ujarnya sembari menyodorkannya pada heksa dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya yang masih memegang buku absen.

Heksa yang tak kehabisan akal pun bukannya mengambil botol minyak kayu putih tersebut melainkan menarik pelan tangan kanan rere dan membawanya ke dekapannya.

“nah gini kan enak.” “gua emang pingsannya pura-pura re, tapi jujur gua agak pusing beneran jadi perlu dipeluk dikit biar pusingnya ilang ” ujar heksa asal

Rere berusaha keras untuk melepas dekapannya namun nihil malah dipererat oleh heksa.

Sekitar kurang lebih 5 menit dengan posisi yang sama tanpa perubahan, tiba-tiba masuklah seorang laki-laki yang tampak tak asing bagi heksa dan rere, Nares.

“Permisi, bagi minyak kay- ucapan nares terhenti sejenak begitu melihat pemandangan didepannya saat ini “Aduh anjir gajadi dah gajadi”